tiga kameradku mati di tikam belati
dari dalam selimut tidurnya
mereka berdua menggelepar kesakitan
menjerit sejadi-jadinya
lalu terkapar tak bernyawa
tuannya ingkar
suaranya bungkam
berbalik badan
palingkan muka
mencuci tangannya sendiri
pengkhianaaaaaaaaaaaaaat....!!!!
aku berteriak sekuat tenaga
siapa lagi yang harus kau yakini?
siapa lagi yang harus ku yakini?
tak seorang pun
melainkan dirimu sendiri
dan belati di tanganmu
lupakan tuanmu!
lupakan kata mutiaranya!
lupakan sosoknya!
lupakan segala kenanganmu bersamanya!
lupakan semuanya!
mulai saat ini
kau sendiri
Monday, May 28, 2007
Saturday, May 26, 2007
Roman Ilusi
sebutir peluru menembus pangkal lenganmu
kupikir saat itu semua baik-baik saja
karena ratusan lainnya
melesat!
hanya kepadaku seorang
"apakah aku akan mati?" katamu
"engkau akan baik-baik saja" kataku
engkau terluka teramat parah
seperti adegan dalam film laga
namun air matamu nyata
darahmu pun nyata
rambutmu yang kubelai pun nyata
kupikir saat itu semua baik-baik saja
karena ratusan lainnya
melesat!
hanya kepadaku seorang
"apakah aku akan mati?" katamu
"engkau akan baik-baik saja" kataku
engkau terluka teramat parah
seperti adegan dalam film laga
namun air matamu nyata
darahmu pun nyata
rambutmu yang kubelai pun nyata
Wednesday, May 9, 2007
Analogi Waktu
Jika seandainya waktu adalah uang
maka tak segan bagiku
'tuk menghamburkannya
atas nama kekayaan
'tuk menukarnya
atas nama sesuap nasi
bahkan tak usah memperdulikannya
atas nama senasib seperjuangan
Karena ada sebuah pepatah mengatakan
'makan gak makan asal kumpul'
Namun seandainya waktu adalah pedang
maka siapa yang bersedia
mati konyol
di hunus
olehnya?
maka tak segan bagiku
'tuk menghamburkannya
atas nama kekayaan
'tuk menukarnya
atas nama sesuap nasi
bahkan tak usah memperdulikannya
atas nama senasib seperjuangan
Karena ada sebuah pepatah mengatakan
'makan gak makan asal kumpul'
Namun seandainya waktu adalah pedang
maka siapa yang bersedia
mati konyol
di hunus
olehnya?
Sunday, May 6, 2007
Tangan Brutus
Dentang lonceng ke dua belas adalah saat kematian sang Pangeran. Di saat tangannya yang kiri mencekik lehernya sendiri. Nyawa sudah di ujung kerongkongan. Namun sang Pangeran masih enggan untuk memuntahkannya agar ia terbebas.
Di cabutnya belati yang ada di pinggangnya. Hendak di potongnya tangannya yang kiri itu. Baru saja belati di angkat ke atas, air mata menggenangi mata Pangeran. Haruskah ia merelakan sebelah tangannya yang kesetanan?. Bukankah itu sama saja melukai dirinya sendiri?. Wajahnya mulai membiru. Bola matanya mulai terselip ke atas. Belati di genggam kuat di tangan kanan siap untuk menebas tangan kiri. Sedang tangan kiri terus mencekik kian keras tanpa ampun leher sang Pangeran. Rentetan memori yang pernah di alami nya mulai bergerak hidup kembali di kepalanya. Ajal kian mendekat.
Tanpa pikir panjang Pangeran segera mengiris jari telunjuk tangan kirinya sebagai peringatan. Ia berteriak sendiri sejadi-jadinya. Namun cengkraman tangan kirinya malah semakin kuat.
Tanpa pikir panjang di irisnya lagi jari tengah tangan kirinya itu. Ia meronta sambil menjerit keras bagai orang kesurupan.
Ia berteriak minta tolong, namun tak ada yang bersedia datang menolongnya. Entah apakah mereka sebenarnya sudah menunggu lama kematian sang Pangeran muda itu?.
Leher Pangeran masih di gelayuti cengkraman ganas tangan kiri nya sendiri. Akhirnya ia pun tak tahan. Di potongnya satu persatu jari di tangan kirinya hingga tak tersisa lagi satu pun. Tak ada jalan lain menurutnya. Bagaimanapun juga ia harus tetap hidup untuk menggerakkan laju kehidupan di dunia ini.
Ia berguling di lantai dengan darah segar tercecer kemana-mana. Meraung-raung bagai singa yang terluka. Air mata yang membasahi pipi sebagai representasi rasa sakit dan penyesalannya yang amat sangat akan keputusannya menebas tanpa sisa seluruh jari di tangan kirinya.
Para pelayan istana yang dari tadi menyaksikan pemandangan itu perlahan bergerak maju. Mereka merasa iba juga pada keadaan yang menimpa Pangeran muda mereka.
Pangeran menjerit ke edanan. Tanpa di duga ia berdiri lalu menebas serampangan ke arah mereka. Akibatnya beberapa pelayan musti rela tergorok batang lehernya.
Pangeran berdiri dengan kaki gemetar menatap ke arah mereka semua dengan sorot mata jijik. Belati di genggaman tangan kanannya berlumur darah. Mayat para pelayan istana yang terkapar. Bau anyir memenuhi balairung istana.
Dari pandangannya terlihat jelas Pangeran tak butuh di kasihani. Baginya mungkin tak ada yang dapat di percaya lagi. Mereka tak ubahnya bagai tangan kirinya yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan kepadanya. Sama saja. Karena itu ia harus membunuh mereka semua satu persatu. Baginya, hanya belatinyalah teman kepercayaannya.
Di bawah purnama menenggak tuak bersama
Denting gelas beradu dalam tawa
Menyambut pagi yang tak pernah ada
Sekisah tangan yang mencengkeram nyata
Menjadi realita pengkhianatan terbesar
Setelah yang dilakukan Duan Xiaolou dan Cheng Dieyi
Anjing-anjing yang lapar
Anjing-anjing yang lapar
Menjadi santap antar sesama
Lebih baik hidup
Barang sebentar
Mengisahkan apa arti hidup
Walau sebentar
Anjing-anjing yang lapar
Anjing-anjing yang lapar
Menjadi santapan antar sesama
Lebih baik mati
Dalam sendiri
Dalam lapar
Sebagai martir keteguhan hati
Bukan penjilat
Bukan pengecut
Bukan pula sebagai Vultures yang terhormat
Di cabutnya belati yang ada di pinggangnya. Hendak di potongnya tangannya yang kiri itu. Baru saja belati di angkat ke atas, air mata menggenangi mata Pangeran. Haruskah ia merelakan sebelah tangannya yang kesetanan?. Bukankah itu sama saja melukai dirinya sendiri?. Wajahnya mulai membiru. Bola matanya mulai terselip ke atas. Belati di genggam kuat di tangan kanan siap untuk menebas tangan kiri. Sedang tangan kiri terus mencekik kian keras tanpa ampun leher sang Pangeran. Rentetan memori yang pernah di alami nya mulai bergerak hidup kembali di kepalanya. Ajal kian mendekat.
Tanpa pikir panjang Pangeran segera mengiris jari telunjuk tangan kirinya sebagai peringatan. Ia berteriak sendiri sejadi-jadinya. Namun cengkraman tangan kirinya malah semakin kuat.
Tanpa pikir panjang di irisnya lagi jari tengah tangan kirinya itu. Ia meronta sambil menjerit keras bagai orang kesurupan.
Ia berteriak minta tolong, namun tak ada yang bersedia datang menolongnya. Entah apakah mereka sebenarnya sudah menunggu lama kematian sang Pangeran muda itu?.
Leher Pangeran masih di gelayuti cengkraman ganas tangan kiri nya sendiri. Akhirnya ia pun tak tahan. Di potongnya satu persatu jari di tangan kirinya hingga tak tersisa lagi satu pun. Tak ada jalan lain menurutnya. Bagaimanapun juga ia harus tetap hidup untuk menggerakkan laju kehidupan di dunia ini.
Ia berguling di lantai dengan darah segar tercecer kemana-mana. Meraung-raung bagai singa yang terluka. Air mata yang membasahi pipi sebagai representasi rasa sakit dan penyesalannya yang amat sangat akan keputusannya menebas tanpa sisa seluruh jari di tangan kirinya.
Para pelayan istana yang dari tadi menyaksikan pemandangan itu perlahan bergerak maju. Mereka merasa iba juga pada keadaan yang menimpa Pangeran muda mereka.
Pangeran menjerit ke edanan. Tanpa di duga ia berdiri lalu menebas serampangan ke arah mereka. Akibatnya beberapa pelayan musti rela tergorok batang lehernya.
Pangeran berdiri dengan kaki gemetar menatap ke arah mereka semua dengan sorot mata jijik. Belati di genggaman tangan kanannya berlumur darah. Mayat para pelayan istana yang terkapar. Bau anyir memenuhi balairung istana.
Dari pandangannya terlihat jelas Pangeran tak butuh di kasihani. Baginya mungkin tak ada yang dapat di percaya lagi. Mereka tak ubahnya bagai tangan kirinya yang baru saja melakukan percobaan pembunuhan kepadanya. Sama saja. Karena itu ia harus membunuh mereka semua satu persatu. Baginya, hanya belatinyalah teman kepercayaannya.
Di bawah purnama menenggak tuak bersama
Denting gelas beradu dalam tawa
Menyambut pagi yang tak pernah ada
Sekisah tangan yang mencengkeram nyata
Menjadi realita pengkhianatan terbesar
Setelah yang dilakukan Duan Xiaolou dan Cheng Dieyi
Anjing-anjing yang lapar
Anjing-anjing yang lapar
Menjadi santap antar sesama
Lebih baik hidup
Barang sebentar
Mengisahkan apa arti hidup
Walau sebentar
Anjing-anjing yang lapar
Anjing-anjing yang lapar
Menjadi santapan antar sesama
Lebih baik mati
Dalam sendiri
Dalam lapar
Sebagai martir keteguhan hati
Bukan penjilat
Bukan pengecut
Bukan pula sebagai Vultures yang terhormat
Friday, May 4, 2007
Sajak Omong Kosong
Aku ingin berbicara tentang rakyat kecil
Tapi bagaimana bisa,
Aku tak pernah menjadi rakyat kecil
Aku ingin berbicara tentang kemiskinan
Tapi bagaimana mungkin,
Aku hidup bergelimang harta
Aku ingin berbicara tentang Revolusi
Tapi bagaimana bisa,
Melihat darah saja aku pingsan
Aku ingin berbicara tentang anti kemapanan
Tapi bagaimana mungkin,
Aku menikmati kemewahan ini
Aku ingin berbicara mengenai persamaan hak
Tapi bagaimana mungkin,
Aku masih memandang rendah manusia-manusia di bawahku
Aku ingin merakyat
Tapi bagaimana bisa,
Aku tak tahan pada bau keringat manusia
Aku ingin melakukan perlawanan
Tapi bagaimana mungkin,
Mendengar bunyi petasan saja jantungku hampir copot
Aku ingin berbicara yang lantang
Tapi bagaimana bisa,
Aku bisu sejak dulu
Tapi bagaimana bisa,
Aku tak pernah menjadi rakyat kecil
Aku ingin berbicara tentang kemiskinan
Tapi bagaimana mungkin,
Aku hidup bergelimang harta
Aku ingin berbicara tentang Revolusi
Tapi bagaimana bisa,
Melihat darah saja aku pingsan
Aku ingin berbicara tentang anti kemapanan
Tapi bagaimana mungkin,
Aku menikmati kemewahan ini
Aku ingin berbicara mengenai persamaan hak
Tapi bagaimana mungkin,
Aku masih memandang rendah manusia-manusia di bawahku
Aku ingin merakyat
Tapi bagaimana bisa,
Aku tak tahan pada bau keringat manusia
Aku ingin melakukan perlawanan
Tapi bagaimana mungkin,
Mendengar bunyi petasan saja jantungku hampir copot
Aku ingin berbicara yang lantang
Tapi bagaimana bisa,
Aku bisu sejak dulu
Wednesday, May 2, 2007
Cerita Petang
Remang petang
Belalang terbang
Remang petang
Rumput ilalang
Remang petang
Layang-layang terbang
Remang petang
Awan hilang
Remang petang
azan berkumandang
Remang petang
Bapak pulang
Remang petang
Lampu terang
Remang petang
Tenang datang
Remang petang
Jangkrik riang
Remang petang
Tak ada perang
Remang petang
Baju kutang
Remang petang
Emak senang
Belalang terbang
Remang petang
Rumput ilalang
Remang petang
Layang-layang terbang
Remang petang
Awan hilang
Remang petang
azan berkumandang
Remang petang
Bapak pulang
Remang petang
Lampu terang
Remang petang
Tenang datang
Remang petang
Jangkrik riang
Remang petang
Tak ada perang
Remang petang
Baju kutang
Remang petang
Emak senang
Hati...Hati...
Lagi-lagi kau mencoba bermain hati
hati di dada bagimu bagai bola bekel
kau memainkannya tanpa hati-hati
hingga hati senantiasa resah 'kan tingkahmu
hati di dada bagimu bagai bola bekel
kau memainkannya tanpa hati-hati
hingga hati senantiasa resah 'kan tingkahmu
Tuesday, May 1, 2007
Gumam...Gumam....Gumam....
mbak, mengapa sih dunia penuh dengan wanita?
cantik-cantik pisan euy...
kata orang kini jumlah wanita di dunia lebih banyak di banding laki-laki
bahkan yang laki-laki pun banyak yang menjadi wanita
ada apa ya mbak?
apakah sudah saatnya para wanita melumat para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita memperkosa para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita membunuh para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita memimpin para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita mengebiri para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita melecehkan para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita mengubur para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita meludahi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita mensodomi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita menggerayangi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita menggagahi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita memperbudak para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita menghamili para lelaki?
aku ngeri mbak,...
tapi aku rela kalau di lumat sama mbak
tapi aku rela kalau di perkosa sama mbak
tapi aku rela kalau di bunuh sama mbak
tapi aku rela kalau di pimpin sama mbak
tapi aku rela kalau di kebiri sama mbak (tapi sebelum di kebiri di coba dulu ya)
tapi aku rela kalau di lecehkan sama mbak
tapi aku rela kalau di kubur sama mbak
tapi aku rela kalau di ludahi sama mbak
tapi aku rela kalau di sodomi sama mbak
tapi aku rela kalau di gerayangi sama mbak
tapi aku rela kalau di gagahi sama mbak
tapi aku rela kalau di perbudak sama mbak
tapi aku rela kalau di hamili sama mbak
cukup sama mbak seorang
mbakku sayang
cantik-cantik pisan euy...
kata orang kini jumlah wanita di dunia lebih banyak di banding laki-laki
bahkan yang laki-laki pun banyak yang menjadi wanita
ada apa ya mbak?
apakah sudah saatnya para wanita melumat para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita memperkosa para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita membunuh para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita memimpin para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita mengebiri para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita melecehkan para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita mengubur para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita meludahi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita mensodomi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita menggerayangi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita menggagahi para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita memperbudak para lelaki?
apakah sudah saatnya para wanita menghamili para lelaki?
aku ngeri mbak,...
tapi aku rela kalau di lumat sama mbak
tapi aku rela kalau di perkosa sama mbak
tapi aku rela kalau di bunuh sama mbak
tapi aku rela kalau di pimpin sama mbak
tapi aku rela kalau di kebiri sama mbak (tapi sebelum di kebiri di coba dulu ya)
tapi aku rela kalau di lecehkan sama mbak
tapi aku rela kalau di kubur sama mbak
tapi aku rela kalau di ludahi sama mbak
tapi aku rela kalau di sodomi sama mbak
tapi aku rela kalau di gerayangi sama mbak
tapi aku rela kalau di gagahi sama mbak
tapi aku rela kalau di perbudak sama mbak
tapi aku rela kalau di hamili sama mbak
cukup sama mbak seorang
mbakku sayang
Gigolo Anyaran
Seorang bajingan tengah terkapar mati di tengah jalan
tertusuk garpu tepat di lehernya
di tangan kanannya tergenggam sendok makan
sedangkan sosis segar ada di tangan kirinya
Mulutnya menganga mengeluarkan cairan
anusnya memanjang seribu meter lebih
menjulang ke langit yang kuning
di saat waktu adalah nol
Si keparat muncul dari belakang tembok
menangis sesenggukan di samping jasadnya
berjalan jinjit membelakangi arah
jam tangannya yang memaksanya begitu
Sosis di kunyah perlahan sedang mulut mengatup
tanah di kais dengan sendok di tangan
sperma di keringkan lalu di jual
mulut ternganga masih ada sisa di sana
tertusuk garpu tepat di lehernya
di tangan kanannya tergenggam sendok makan
sedangkan sosis segar ada di tangan kirinya
Mulutnya menganga mengeluarkan cairan
anusnya memanjang seribu meter lebih
menjulang ke langit yang kuning
di saat waktu adalah nol
Si keparat muncul dari belakang tembok
menangis sesenggukan di samping jasadnya
berjalan jinjit membelakangi arah
jam tangannya yang memaksanya begitu
Sosis di kunyah perlahan sedang mulut mengatup
tanah di kais dengan sendok di tangan
sperma di keringkan lalu di jual
mulut ternganga masih ada sisa di sana
Subscribe to:
Posts (Atom)