Friday, June 29, 2007

Infus

aku tergurat oleh jarimu
terima kasih

jujur membunuhku
meremukkanku

balut lukaku
dengan sejuta dustamu

buat aku terus hidup
walau menyakitkan bagiku

Inihari

Senyumnya tidak simetris. Bola matanya berlawanan arah saat bicara. Malas dia beradu pandang. Tidak banyak bicara. Mungkin mencibir. Memuji pun palsu. Di sembunyikan dalam tawanya. Egonya masih seperti dulu. Malah kian menjadi. Karena aku meneropong ke dalam dadanya. Kata-katanya di samarkan sesamar mungkin. Karena sesungguhnya lidahnya berapi. Akh. Membunuh perlahan. Ciri khas seorang Pro. Membiarkan mati sendiri. Tenggelam dalam lautan tak acuh. Sendiri. Sepi. Gelap. Mencekam. Di makan Hiu. Mungkin ia berada di seberang bersama yang lainnya. Tertawa cekikikan. Menonton kematian seorang pria yang telanjang bulat.
kamu juga?

Menjadi Siapa?

menjadi bukan siapa-siapa
pernahkah kau rasakan?
menjadi siapa-siapa
seringkali kau damba

menjadi siapa-siapa
kata mereka lebih berarti
daripada menjadi
bukan siapa-siapa

saat menjadi siapa
rasakan sejuknya
decak kagum mereka
padamu

cobalah, sayang...
cobalah sejenak
untuk menjadi
bukan siapa-siapa

lalu rasakanlah
pedihnya
picingan mata memandang
pada seonggok kotoran
yaitu dirimu


tolol

Jancuk

aku naik becak pulang marching band
menantang arah
matahari merah
saat langit akan terlelap pulas
menyusuri jalanan beraspal
di tengah kerumunan yang menyoraki kami
aku, dia dan dia

terlalu lelah berjalan
setelah lima kilometer
mengapalkan kaki
menggosongkan kulit
peluh di kepala mengalir deras
di pipi yang merah terbakar
kami memainkan musik ibukota
walau kami tak pernah menginjak ibukota

becak roda tiga menggiring kami pulang
yang di kayuh oleh seorang pria muda kasar
menyusuri aspal
melawan angin
di bawah matahari merah
dan sinar silaunya di barat

menikmati lagi
satu hari itu
dengan bahagia namun
tawa kami bertiga
terhenti tiba-tiba
oleh sebuah kata...
jancuk!

Wednesday, June 20, 2007

Abadi

nama-nama yang tak kenal waktu
nama-nama yang tak kenal ruang
yang tak lekang di makan zaman
yang kan di ceritakan anak cucuku nanti
pun anak cicit mereka
tentang dunia buas
yang telah kau taklukkan
dengan mimpimu
dan mimpinya

tentang kedua tangan yang bertautan
tentang kedua tubuh yang berdekapan
tentang kaki-kaki yang melepuh
tentang tetes darah dan air mata
yang tak kunjung kering meski
kemarau merongrong
seisi bumi

tergurat dalam batin
sampai kiamat menjemput
abadi...

Tuesday, June 12, 2007

Tentang Kota Yang Mengandung 9 Bulan

sebuah kota yang melahirkan benih kehancuran
sebuah kota yang melahirkan benih keserakahan
sebuah kota yang melahirkan benih kekerasan
sebuah kota yang melahirkan benih kemunafikan
sebuah kota yang melahirkan benih kesesatan
sebuah kota yang melahirkan benih kebiadaban
sebuah kota yang melahirkan benih kedengkian
sebuah kota yang melahirkan benih kesombongan
sebuah kota yang melahirkan benih perpecahan
sebuah kota yang melahirkan benih perceraian
sebuah kota yang melahirkan benih permusuhan
sebuah kota yang melahirkan benih pelacuran
sebuah kota yang melahirkan benih pengkhianatan
sebuah kota yang melahirkan benih pemerkosaan
sebuah kota yang melahirkan monster-monster kecil
sebuah kota yang melahirkan ibu-ibu monster
sebuah kota yang melahirkan bapak-bapak monster
sebuah kota yang melahirkan adik-adik monster
sebuah kota yang melahirkan kakak-kakak monster
sebuah kota yang melahirkan nenek-nenek monster
sebuah kota yang melahirkan kakek-kakek monster
sebuah kota yang melahirkan cucu-cucu monster
sebuah kota yang melahirkan cicit-cicit monster
sebuah kota yang melahirkan penjajah-penjajah
sebuah kota yang melahirkan pembunuh-pembunuh
sebuah kota yang melahirkan pelacur-pelacur
sebuah kota yang melahirkan perut-perut tambun
sebuah kota yang melahirkan mata-mata sayu
sebuah kota yang melahirkan tubuh kurus kering
sebuah kota yang melahirkan kelaparan
sebuah kota yang melahirkan kehausan
sebuah kota yang melahirkan ketegaan
sebuah kota yang melahirkan kebinatangan
sebuah kota yang melahirkan kesintingan
sebuah kota yang melahirkan kekotoran
sebuah kota yang melahirkan kebuasan
sebuah kota yang melahirkan kecemasan
sebuah kota yang melahirkan darah

sebuah kota yang tak mengenal persaudaraan
sebuah kota yang tak mengenal pertemanan
sebuah kota yang tak mengenal persahabatan
sebuah kota yang tak mengenal pertetanggaan
sebuah kota yang tak mengenal persepupuan
sebuah kota yang tak mengenal perkeponakan
sebuah kota yang tak mengenal percucuan
sebuah kota yang tak mengenal peristrian
sebuah kota yang tak mengenal persuamian
sebuah kota yang tak mengenal peribuan
sebuah kota yang tak mengenal perbapakan
sebuah kota yang tak mengenal pernenekan
sebuah kota yang tak mengenal perkakekan
sebuah kota yang tak mengenal percucuan
sebuah kota yang tak mengenal percicitan
sebuah kota yang tak mengenal perkakakan
sebuah kota yang tak mengenal peradikan
sebuah kota yang tak mengenal perbibian
sebuah kota yang tak mengenal perpamanan
sebuah kota yang tak mengenal permantuan
sebuah kota yang tak mengenal permertuaan
sebuah kota yang tak mengenal permoyangan
sebuah kota yang tak mengenal perkenalan
sebuah kota yang tak mengenal perjumpaan
sebuah kota yang tak mengenal perpisahan
sebuah kota yang tak mengenal persekutuan
sebuah kota yang tak mengenal siapapun

Monday, June 11, 2007

skeptis

bila kau bertanya apakah seutas tali itu cukup kuat mengikat tubuh kita berdua.
jawabannya ada pada sebilah pedang yang tajam.

batu

kami terlahir sebagai batu
punya lidah setajam kapak batu
punya hati sekeras batu

kami terlahir sebagai batu
tak sudi kami mengalah
lebih baik mengadu

kami terlahir sebagai batu
hidup di negeri batu
mati pun membatu

Kanon Dan Selembar Gambar

aku bermain bara dalam sebuah malam
panasnya dapat memberangus tubuhku
pijarnya dapat melumerkan tanganku
dan mematikan diriku
juga dirinya

aku menyalakan sumbu setinggi 1 mili
sumbu sebuah kanon
yang kuhadapkan pada diriku sendiri
siap meledak setiap saat
menghancurkan diriku
juga dirinya

bom waktu yang kupeluk erat
mulai menyalakan setiap jengkal detiknya
menghampiri kehampaan ruang dan waktu
membawaku bersamanya
ke dalam dimensi
yang tak bisa kembali

tengik!
arahkan kepada kami seribu moncong kanon
seratus ribu pedang terhunus
sejuta panah beracun
dan semilyar granat tangan
pun
kami tak kan mati!

aku hidup dengan seribu nyawaku
dia hidup dengan segenap jiwanya
kami sepasang zombie yang abadi
seperti jesse james dan frank james
yang tertawa dalam cawan arak yang sama
yang terbatuk-batuk tersedak waktu

pernah kukatakan dalam syairku
di bawah rembulan kami mengeluh
di bawah mentari kami terlelap
di bawah senja kami melambaikan tangan
semuanya di sertai menenggak
arak kepongahan yang sama
bersulang!

limbung jalan kami karena bahagia
menghirup bersama getirnya kenyataan
lalu memuntahkan kembali kehidupan
tak pernah berfikir untuk menelannya kembali
kami bagai pelaut yang terombang ambing di samudera
dalam pekat malam tanpa gemintang

namun...
cawan arak kami begitu rapuh
sesungguhnya
dapat pecah kapan saja
oleh satu sosok
yang tak nyata
asalkan kau jeli, kawan

selembar gambar
membiusnya menjadi seorang mutan
cakarnya dapat mencengkeram lehermu
setiap waktu
kuku-kukunya mampu merobek kulitmu
lidahnya menjadi anak panah
siap menghujam dadamu

mata pun gelap
jiwa tak lagi bening
kepala serasa pusing
di penuhi trik-trik biadab
untuk membunuh
darah dagingmu sendiri

kata yang tersamar
bagai bola meriam yang menggelegar keras
mampu meluluh lantahkan benteng perang
menjadi pasir
memisahkan kepala, tangan, dan kaki
kau sanggup di buatnya tak berbentuk lagi
bahkan dirimu tak sanggup mengenali
bangkaimu sendiri

segala bentuk memoar lenyap di telan amarahnya
tak menyisakan satu pun
bagai badai satu menit
bagai tsunami seperempat jam
bagai gempa 20 skala ritcher sekelebat mata
semuanya lenyap tak berbekas
kecuali benci...

di bawah purnama kami menangis bersama
di bawah purnama kami tergelak bersama
di bawah purnama kami terlelap bersama
di bawah purnama kami menggigil bersama
di bawah purnama kami bercumbu bersama
di bawah purnama pula
kami saling membunuh

dalam rimba persilatan
hanya karena satu kitab
darah segar begitu murah di obral

dalam rimba kehidupan
hanya karena selembar gambar
sebuah ikatan sedemikian mudah di putuskan

tak peduli berapa juta tahun kau hidup bersamanya
selembar gambar dapat memisahkanmu
selama-lamanya...