Thursday, February 21, 2008

Ibu dan Bayi Delapan Belas Tahun Lagi

ada bayi di hadapanku
yang menangis di gendongan ibunya
kelihatan sekali ia merasa sumpek
oleh penuh sesak manusia

manusia-manusia yang lelah
bau dan tak mau mengalah

dengan sabar si ibu mencoba menenangkan bayinya
lalu ia mengeluarkan botol susu dari dalam tasnya
dan di berikannya susu yang tinggal sedikit itu
kepada si bayi

dan bayi itu pun meminumnya dengan nikmat
ia tidak rewel lagi
matanya setengah terpejam
ia mulai mengantuk

kedua tangannya meraba pipi ibunya
mengusap lembut dengan kedua tangan kecilnya

dalam hati aku bertanya
apakah delapan belas tahun nanti ia akan masih ingat
bila dengan kedua tangannya itu
ia pernah membelai pipi ibunya?

aku yakin ibunya tak akan pernah lupa
kurasa aku pun juga
aku menjadi saksi malam itu
sungguh malam yang berat bagi mereka berdua

berpergian kemanapun harus di sertai peluh
dan penuh sesak manusia yang lelah

sampai kapankah mereka berdua harus seperti ini?
memang kadangkala dunia bisa begitu bersahabat bagi sebagian manusia
atau bahkan sebaliknya
bagi sebagian manusia pula

aku hanya berharap
semoga mereka bisa sampai ke rumahnya dengan selamat
karena malam sudah larut
dan jalanan licin karena hujan

Nyanyian

tak ada tutup botol dan sebatang kayu
segenggam beras dalam botol plastik kosong pun jadi
mau nyanyi peterpan, ungu, ratu, ataupun radja juga bisa
atau hanya sekedar nanananana saja
semuanya bisa menjadi nyanyian
dan semuanya bisa bernyanyi
hanya saja
ada berapakah di antara mereka
yang benar-benar bernyanyi?

Tuesday, February 12, 2008

Iblis

jika kau tak lagi melihat seorang manusia pun di bumi ini
mungkin iblis berkenan menampakkan wujudnya padamu

karena manusia sudah kau anggap terlalu lelah
sedang iblis masih perkasa

jika iblis sudah menjadi belahan jiwamu
maka jahanam akan menjadi rumah barumu

jika kau memang betah hidup di dalamnya
sisakan satu iblis saja untuk tinggal bersama

oh senangnya ada yang menemani
serasa neraka milik berdua

semoga betah di sana
kalau pulang janganlah bertatap muka dulu

biar api menjilati tubuhmu itu
sampai kau terbakar habis menjadi abu

Bosan

Akhir

Sepah

Tak berarti

Kangen

Buta

JiwaRaga

Rusak

Wajah

Palsu

Lupa Diri

Naas

Shock Theraphy

Mati

Monday, February 11, 2008

Dandelion

dan mahkota dandelion pun beterbangan
di tiup angin
ke segala penjuru
ke mana mereka singgah
tak ada yang tahu
angin membawa mereka
terlalu jauh
hingga lupa jalan kembali
sedang setangkai dandelion yang sendiri
tetap berdiri di tempatnya
sambil mengamati dari jauh
kepada siapa saja
mereka berlabuh
dan mati tenggelam

Thursday, February 7, 2008

Hilang 2

ibaratnya kita bertatap muka
tapi tak bertegur sapa

aku tahu kamu melintas
dan kamu juga tahu aku berdiri di sini

padahal hanya ada kita berdua
di sepanjang jalan yang sepi ini

memang bulan malam ini bersinar terang
di tambah lagi lampu-lampu jalanan

aku masih bisa melihat langkahku sendiri
dan mengenali sebentuk wajahmu

tapi apa boleh buat
kamu ingin tiada

tak ingin di kenal
tak ingin di ketahui

anggaplah seolah-olah tak melihat
atau tak pernah berjumpa sebelumnya

tapi sayang sekali...
wangimu masih ada

bahkan di gunung yang jauh dari perkotaan pun
aku mengenalinya dan menemukannya

itu artinya kau masih belum menghilang
dan belum pergi jauh

seberapa jauh kau melangkah
aku pasti menemukanmu

seberapa pandai kau sembunyi
aku pasti memergokimu

aku menyarankan bertanyalah pada seseorang
bila kau tersesat di tengah jalan

daripada membawa selembar peta usang
dan sebuah kompas

percayalah pada seseorang
bukan pada selembar gambar

Wednesday, February 6, 2008

Buntu

apa yang harus kutulis
jika tidak ada yang ingin kutulis?
aku ingin menulis
tapi apa yang harus kutulis?
atau tepatnya....siapa yang harus kutulis?

Tuesday, February 5, 2008

Hilang

hilang tanpa jejak
entah kakimu bersepatu
atau tidak
awas kerikil tajam

aku tidak tahu
seberapa keras tangismu saat itu
tapi mengarungi dunia dengan selembar peta buta
adalah suatu kesalahan besar

hilang tanpa bekas
entah parfummu masih sama
atau tidak
baru-baru ini aku menciumnya
di suatu tempat

aku pun tak tahu
seberapa banyak sinyal S.O.S yang kau kirimkan
kepada kawan-kawanmu
saat kau terjatuh ke dalam palung kesedihan
aku hanya mendengar tetesan
air matamu saja

hilang tanpa pesan
berselang sekitar setengah jam saja
aku sudah tak mendengar tentangmu lagi
semudah itukah menghilangkan diri?
tidak apa-apa...
hanya sedikit was-was saja

jika ingin benar-benar pergi
jangan lupa pakai sepatumu
karena dunia begitu luas
ada yang nampak dan tak nampak
yang nampak tak perlu kau cemaskan lagi
yang tak nampak biasanya berkabut tebal
sedikit berbahaya dan menantang
coba saja tidak apa-apa...

hilang begitu saja
kurang lebih seperti angin
menerpa wajah lalu pergi tanpa pamit
segurat huruf pun tak sampai
apa gerangan yang terjadi?
padahal kamu bukan wiji thukul
atau seorang aktivis

hanya sekitar sepuluh meter saja
dari dirimu yang bersembunyi
seperti anak beruang di dalam goa
biarlah...
mungkin sedang hibernasi pikirku
karena itu aku langsung pergi
takut di terkam
aku tahu
ini bukan saat yang tepat
untuk bertemu denganmu

ya sudahlah
semoga kau baik-baik saja
kabari saja
bila sudah kembali

Umur

buat apa hidup terlalu lama
jika nantinya satu persatu pergi meninggalkanmu
lebih baik berangkat sekarang juga
saat semuanya masih ada bersamamu

Waktu Manusia Waktu

waktu tidak pernah datang terlambat
hanya saja kadang tidak tepat
sedang manusia selalu terlambat
meski mereka bergerak terlalu cepat

Sunday, February 3, 2008

Kunang-Kunang

kamu pernah lihat kunang-kunang?
kemarin ia datang
walau cuma seekor tapi cahayanya bagus sekali
bersinar dalam gelap
terbang ke atas dan menghilang
di sela atap rumah

nanti bila kamu sudah siap
aku akan mengajakmu bertualang
melihat kunang-kunang
datang dan pergi di malam hari
kamu pasti suka

Friday, February 1, 2008

Melati, Hati-Hati!

engkau memiliki pesona yang luar biasa
seperti halnya melati yang menarik kumbang-kumbang di dekatnya

bagi mereka yang baru pertama kali melihatmu
tentu jatuh hati karena wangimu

aku tidak melarangmu
hanya mengingatkanmu

begini, sahabat (bila kau tak keberatan kuanggap seperti itu)
aku sama sekali tak melihat duri-duri yang melindungimu

seekor kumbang baru saja asyik bermain di atas mahkotamu
semuanya karena wangimu yang terlalu liar kau biarkan begitu saja

seandainya engkau masih memiliki duri -duri
tentu aku tak perlu terlalu khawatir seperti ini

maka itu aku di sini menjelmakan diriku sendiri
menjadi sebuah duri yang bertengger di tangkaimu

walaupun terlihat konyol dan sia-sia
tapi setidaknya masih dapat melindungimu

selama engkau masih belum menumbuhkan duri-durimu sendiri
sementara ini aku akan begini terus

engkau terpelihara dengan baik
jangan kau kotori dirimu sendiri dengan wangimu sendiri

melati yang semakin dewasa,
simpan pesonamu untuk kumbang yang kau sukai saja

simpan dulu wangimu
tumbuhkan lagi duri-durimu seperti dulu

aku ingin melihatmu tumbuh sebagai melati agung yang bersahaja
bukan melati biasa yang sekedar untuk di petik dan di cium harumnya saja

engkau lebih dari itu semua
sungguh

Presidenku

kami hewan-hewan ternak yang di pulangkan ke kandang masing-masing. setelah tenaga habis di peras oleh majikan-majikan kami. beberapa dari kami besok masih harus kembali, sedang sisanya boleh menikmati libur. tapi sebelum dapat melepas lelah, tenaga kami sekali lagi di kuras di tengah perjalanan. banjir hari ini telah menyebabkan lalu lintas jakarta lumpuh total. akibatnya kami harus mendekam berjam-jam dalam kendaraan dengan perut lapar dan kerongkongan kering kerontang. Entah apa program pemerintah untuk mengatasi kemacetan yang di sebabkan oleh banjir yang sudah menjadi langganan tiap tahun. tapi bagaimana bisa mengharapkan dari seorang presiden yang bila bepergian maka seluruh jalanan harus di kosongkan?. lalu bila solat berjamaah maka ia dan rekan-rekannya harus duduk di saf paling depan biarpun datang terlambat. terus terang aku jijik melihatnya. selama mereka masih memiliki ekslusifitas sebagai seorang presiden, maka selamanya mereka tak akan mampu merubah negerinya sendiri. rasakan derita banjir di jalan, tuan presiden!. itu belum seberapa. engkau juga harus merasakan lelahnya mengalami kemacetan di jalan selama berjam-jam. aku masih mengingatnya, beberapa hari setelah engkau terpilih terjadi kecelakaan di jalan raya yang menelan korban jiwa karena mobil iring-iringanmu akan lewat. lalu kau khianati sang revolusionis dari iran idolaku. banyak yang memujimu, bahkan beberapa dari kalangan keluargaku. tapi aku tidak!. aku hanya mendukung mereka yang berani. bukan mereka yang bermental kerdil dan merendah kepada bangsa lain. sebelum aku mengkhotbahimu terlalu panjang, sebaiknya atasi dulu banjir di jakarta ini. baru setelah itu kita bicarakan hal lainnya.
maaf, aku terburu-buru. karena kakiku sudah pegal berdiri berjam-jam di dalam kendaraan ini.