aku bermain bara dalam sebuah malam
panasnya dapat memberangus tubuhku
pijarnya dapat melumerkan tanganku
dan mematikan diriku
juga dirinya
aku menyalakan sumbu setinggi 1 mili
sumbu sebuah kanon
yang kuhadapkan pada diriku sendiri
siap meledak setiap saat
menghancurkan diriku
juga dirinya
bom waktu yang kupeluk erat
mulai menyalakan setiap jengkal detiknya
menghampiri kehampaan ruang dan waktu
membawaku bersamanya
ke dalam dimensi
yang tak bisa kembali
tengik!
arahkan kepada kami seribu moncong kanon
seratus ribu pedang terhunus
sejuta panah beracun
dan semilyar granat tangan
pun
kami tak kan mati!
aku hidup dengan seribu nyawaku
dia hidup dengan segenap jiwanya
kami sepasang zombie yang abadi
seperti jesse james dan frank james
yang tertawa dalam cawan arak yang sama
yang terbatuk-batuk tersedak waktu
pernah kukatakan dalam syairku
di bawah rembulan kami mengeluh
di bawah mentari kami terlelap
di bawah senja kami melambaikan tangan
semuanya di sertai menenggak
arak kepongahan yang sama
bersulang!
limbung jalan kami karena bahagia
menghirup bersama getirnya kenyataan
lalu memuntahkan kembali kehidupan
tak pernah berfikir untuk menelannya kembali
kami bagai pelaut yang terombang ambing di samudera
dalam pekat malam tanpa gemintang
namun...
cawan arak kami begitu rapuh
sesungguhnya
dapat pecah kapan saja
oleh satu sosok
yang tak nyata
asalkan kau jeli, kawan
selembar gambar
membiusnya menjadi seorang mutan
cakarnya dapat mencengkeram lehermu
setiap waktu
kuku-kukunya mampu merobek kulitmu
lidahnya menjadi anak panah
siap menghujam dadamu
mata pun gelap
jiwa tak lagi bening
kepala serasa pusing
di penuhi trik-trik biadab
untuk membunuh
darah dagingmu sendiri
kata yang tersamar
bagai bola meriam yang menggelegar keras
mampu meluluh lantahkan benteng perang
menjadi pasir
memisahkan kepala, tangan, dan kaki
kau sanggup di buatnya tak berbentuk lagi
bahkan dirimu tak sanggup mengenali
bangkaimu sendiri
segala bentuk memoar lenyap di telan amarahnya
tak menyisakan satu pun
bagai badai satu menit
bagai tsunami seperempat jam
bagai gempa 20 skala ritcher sekelebat mata
semuanya lenyap tak berbekas
kecuali benci...
di bawah purnama kami menangis bersama
di bawah purnama kami tergelak bersama
di bawah purnama kami terlelap bersama
di bawah purnama kami menggigil bersama
di bawah purnama kami bercumbu bersama
di bawah purnama pula
kami saling membunuh
dalam rimba persilatan
hanya karena satu kitab
darah segar begitu murah di obral
dalam rimba kehidupan
hanya karena selembar gambar
sebuah ikatan sedemikian mudah di putuskan
tak peduli berapa juta tahun kau hidup bersamanya
selembar gambar dapat memisahkanmu
selama-lamanya...
Monday, June 11, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment