Saturday, September 1, 2007

Bergerak Diam

Sejenak diri yang berdiam pada satu sudut ini tengah bertanya kepada dirinya yang diam. Apakah kiranya melangkah adalah sesuatu yang nista?. Kadangkala tatkala mata memandang mereka yang berjalan dan berlari melewati diri dari depan dan belakang, tiba-tiba gemuruh badai gamang menggelegar dan menyambar-nyambar bagai petir di dalam dada. Kiranya, salahkah mereka yang bergerak?. Mereka yang bergerak dalam langkah yang sederhana. Langkah yang mengalun pelan menyambung langkah berikutnya pada esok hari dan keesokan harinya lagi.
Mereka yang merelakan tubuhnya menjadi landasan terbang yang tak pernah berkeinginan terbang terlalu tinggi.
Sedangkan diri yang masih berdiam pada tempatnya masih memiliki sejuta mimpi yang terkubur dalam-dalam. Manakah yang lebih mulia?.
Salahkah bila salah sejiwa bergerak lantaran di tinggal bapaknya pergi merantau kembali?.
Mereka yang kepayahan setelah melihat wujud dunia. Lalu diri bersama yang lain berdusta pada jiwa-jiwa serupa yang telah berjanji 'tuk bersatu padu di satu titik temu. Dalam hal ini, siapa lagi bila bukan lidah tak bertulang yang berperan besar pada pengkhianatan keji tersebut? Terperosok pada jurang yang terus tertawa keledai. Menghabiskan suara cuma-cuma.
Sampai kapan mereka yang berdiam terbutakan oleh tawa keledai mereka sendiri?.
Tak jarang arus bermuara pada kematian. Sekali lagi. Aku ingin bergerak. Karena aku rindu. Aku ingin melangkah sebelum aku lupa cara berjalan. Sebelum aku gila karena tertawa. Dan sebelum aku gila karena diam.

No comments: