ku titip salam
pada dinamit
peluluh lantah
dadaku
ku titip salam
pada anak panah
beracun pelubang
dadaku
ku titip salam
pada pisau
pengiris-iris
dadaku
Selama seperempat abad terakhir akhirnya aku tertusuk lagi oleh tangkai mawar putih yang wangi. Duri-duri kecilnya mengoyak pelan kulit dan dagingku. Luka yang menganga lebar melelehkan tangisan-tangisan terpendam dalam tubuh selama ini. Semuanya karena sebentuk wajah imajiner terealisasikan dalam realita. Bibir yang mengatup erat gemetar, mengering bagai daun-daun layu. Ada si pemain jantung hati yang berdiri di depanku. Sekat-sekat imajinatif yang mendorongku menatap buta pada kegelapan. Jangan lihat. Tapi telinga tidaklah tuli, maka itu aku melihatnya melalui telingaku.
Bagaimana rasa setetes madumu itu?
ku titip salam
pada mereka
yang membunuhku
diam
aku meledak sekali lagi...
Monday, September 10, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment