di sini ada bunyi mesin yang menderu. meraung kesetanan bila melaju kencang. lalu suara AC yang berhembus boros, wooossssshhhh....begitu bunyinya. dan di sana ada penyanyi yang tenggelam suaranya oleh bunyi mesin dan AC. lalu ada gelak tawa anak kecil. mungkin anak yang berjas hujan biru tadi yang naik bersama ibu dan adiknya. orang-orang berdatangan dari bawah. mendadak jadi penuh...
penyanyi pun berganti, walau sama-sama bergitar dan bersuara pas-pasan. di depan ada yang bersalaman dan berbicara dalam deru mesin. akrab sekali ya.
ada gitaris kecil di belakang. mungkinkah ia bisa memainkan gitarnya?. tadi ia menulis sesuatu. apakah menulis lirik?. kini giliran bunyi gemerincing uang receh yang terdengar. si penyanyi itu meminta haknya sedikit saja. sebungkus kantong permen di tebar. ibu-ibu yang duduk berdekatan pun mengobrol dengan tanpa suara sedikitpun. entah benda apa yang di gendongnya itu. bungkusan kain berisi bayi atau...?
Heiii! siapa itu yang mengintip di jendela?. berpakaian hitam-hitam mirip dukun. apakah ia hendak menebarkan mantra-mantranya pada kami?. atau mengutuk tempat ini?. kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri seperti hendak mencari mangsa. matanya melotot tajam. cambangnya mengerikan. untunglah ia turun lagi dan kami tak jadi kena guna-gunanya.
Leman nama penyanyi top itu. Pria setengah baya dengan kemeja kotak-kotak. ramah sekali orangnya. seorang yang tak sombong walau kini ia menjadi artis. ia duduk di samping kiri belakang dan tengah menelepon dengan telepon genggamnya. kaya miskin tak jadi persoalan. yang penting, handphone harus punya. mungkin moto mereka seperti itu. sayang tak punya banyak waktu berbincang dengannya. tiba-tiba saja sudah sampai dan harus turun dari sana.
meninggalkan sekelompok manusia-manusia perasan. korban kekejaman kenyataan. salah satunya telah pergi dan kembali ke rumahnya.
Wednesday, January 2, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment