Monday, January 7, 2008

Pembunuh Esok

satu hari terlewati sudah
tapi hari-hari yang lalu tak akan pernah lenyap
selama masih ada esok
semuanya akan kembali seperti yang lalu-lalu

kecuali kau bunuh esok
mungkin masih ada cerita yang lain
yang lebih seru dari hari ini
bukan cerita yang habis
tapi cerita yang baru

malam masih belum habis. tapi pagi sudah tak sabar untuk segera mengetuk pintu malam. tuan jam dengan tenang merajut waktu. detik demi detik. jangkrik bersenandung riuh di dalam rerumputan liar. angin sedikit enggan berlari di antara dedaunan pepohonan. hanya sepasang kaki yang bergerak melawan gravitasi bumi menyibak rumput liar. aku mendengar wanita itu menghela napas dari balik pohon ini. katanya kepada tiang-tiang penyangga bumi, "seandainya esok adalah bukan hari ini, bukan pula hari kemarin, atau sebuah hari di mana aku masih berada di dalam rahim ibuku, aku pasti sudah membunuhnya bersama diriku".
lalu seekor burung malam yang tak pernah kulihat wujudnya seumur hidupku bertengger di pundak wanita itu.

"wahai burung malam yang malang! kepada siapakah kau tampakkan wujudmu pada manusia?"
wanita itu bertanya kepada burung itu dengan wajah memelas.

burung malam menjawab, "hanya kepada dirimulah aku tampakkan wujudku sebagai seekor burung malam. bukan sebagai burung pipit, atau burung yang lainnya".

"aku tak dapat menatap rupamu wahai burung malam!. mataku masih belum buta, walau hatiku sering di butakan olehnya!".

burung malam menjawab, "kau memang tidak buta, hatimu pun masih bisa melihat. hanya saja, wajahku hanya bisa terlihat oleh mereka yang mampu membuktikan bahwa esok itu benar-benar ada".

"bagaimana aku bisa percaya esok itu ada, wahai burung malam?. sudah beribu esok yang kulewati, namun semuanya seakan tergilas begitu saja oleh sebuah hari yang bernama hari ini.
lalu hari tersebut beringsut sedikit demi sedikit menjauhiku dan akhirnya berlalu seperti esok-esok yang t'lah lalu".

burung malam menjawab, "maka itulah aku mencari mereka yang mampu mendapatkan esok yang nyata. bukan esok yang semu. bukan pula esok yang telah di daur ulang. aku ingin esok. karena rupaku hanya bisa terlihat oleh esok".

sebelum wanita itu bertanya lagi, burung malam itu sudah mengepakkan sayapnya terbang tinggi melesat ke langit dan menghilang. meninggalkan wanita itu sendirian di dalam rahim ibunya. aku yang berdiri di bulan dan bersembunyi di balik pohon ini bertanya kepada seorang penyihir berjubah hijau yang kebetulan tengah mengendarai angsanya lewat di depanku.

"apa yang membuatmu malam-malam begini terjaga?"

penyihir itu menjawab, "suara ketukan di jendela....keras sekali!".

"siapa yang mengetuk jendelamu?", tanyaku

penyihir itu menjawab, "teman-temanku dan aku yang berada di awan".

"lalu apa yang kau lakukan setelah itu?"

penyihir itu menjawab, "aku segera memanggil angsaku dan terbang mengelilingi bulan sebanyak seratus kali".

aku hanya menggaruk kepalaku. yang kupikirkan saat ini bagaimana aku bisa melangkah ke planet di depanku jika kaki kiriku terjepit di antara bumi dan matahari. sedangkan kaki kananku terperosok di poros bulan. penyihir itu bersama teman-temannya melesat jauh meninggalkan bulan menuju bumi. sebelum pergi ia berpesan, "aku ingin menemukan esok di bumi!".
aku tercengang. dan berteriak kepadanya, "bagaimana kau bisa menemukannya?!".
penyihir itu hanya menengok sedikit sambil tersenyum, "aku bertemu burung malam yang terbang di antara asteroid!. ia mengatakan padaku aku akan menemukannya di sebuah planet bernama bumi".

"mengapa begitu??!" aku berteriak keras, karena tiba-tiba gemuruh angin pertanda pergantian hari menderu di telingaku.

penyihir itu menjawab, "karena ia telah bertemu dengan seorang wanita yang kembali ke rahim ibunya!".

gemuruh angin itu semakin keras hingga hampir memecahkan gendang telingaku. aku menutup telingaku kuat-kuat dengan kedua tangan. dalam sekejap, gemuruh itu meledak dan menebarkan anginnya ke seluruh alam semesta. aku terengah-engah. keringat bercucuran. baru saja aku berhasil lolos dari maut.
coba dengar. itu hari yang berganti lagi. lalu hari yang kemarin ada, telah di siapkan untuk menjadi hari esok pada keesokan harinya.
aku menatap ke arah lubang hitam di atas kepalaku yang menggerakkan milyaran bintang-bintang dengan teratur. aku pun ingin menemukan esok. esok yang lain. karena esok tak pernah bisa hancur sekalipun terhisap ke dalam lubang hitam tersebut. biarkan aku mencarinya.

No comments: