Friday, January 5, 2007

Pelempar Batu

Di bawah derai air mata para janda
ibu-ibu yang telah uzur
gadis-gadis kecil yang akan berangkat ke sekolah
bayi-bayi yang menjerit dalam pelukan

Dan di linangi senandung lirih doa para orang tua
guru-guru sekolah
wanita penanti datangnya petang
yang menghunus langit hingga terkoyak menuju Arsy-Nya

Fajar baru merekah
sedari tadi kau sudah terbangun dari tidurmu
hari ini pun begitu
seusai sholat subuh kau berkemas

Kecup hangat tangan mulia ibu mu
keningnya
dan pipinya
biarkan ia melumuri mu dengan doa dan balut usap kepalamu

Mungkin hari ini kau tak kembali
dapatkah kau intip sedikit tentang esok?
wahai pemuda
penanti esok

Waktu dhuha sudah dekat
tak sempat kau sarapan pagi
kau pun berdiri di halaman rumahmu
dengan batu-batu dalam kantong celanamu

Jilatlah angkasa
basahi dengan buih liurmu
karena mereka yang di belakangmu pun
berbuat demikian

Langit tak bertiang
yang di tinggikan
adalah keyakinan tersisa
yang masih kau genggam

Tiada lagi terdengar si Bulbul bernyanyi
seperti dahulu kala
saat fajar merekah
dan anak-anak berangkat ke sekolah

Wahai para pelempar batu
pelindung para wanita
gadis-gadis kecil yang suci
dan ayah-ayah mereka

Berlari bagai kuda di medan pertempuran
segagah mobil perang yang tengah melaju
di jalanan beraspal
yang haram bagi mereka tuk menginjaknya

Dengus nafas buas mereka terdengar
hewan-hewan liar pemangsa tak pandang mata
yang tubuhnya terbalut
oleh baja berkualitas tinggi

Sepercik darah mereka
harus di bayar dengan
seribu nyawa temanmu
juga nyawamu

Wahai para pelempar batu
yang tengah berlindung
dari ganasnya
peluru menerjang

Di belakangmu Al-Aqsa
di depanmu musuh yang hendak memperkosanya
darahmu sebagai taruhan
dan harga diri sebagai senjata

Di saat kau merasa tiada asa
kau kembali menatap ke belakang
gelegak darahmu pun kembali bergelora
Tak rela kau serahkan ia ke tangan mereka

Wahai para pelempar batu
langit sudah merah
sebentar lagi gelap
ibu mu tengah menanti di rumah

Dengan harap cemas
resah gelisah
akan bentuk dirimu
tatkala sampai di rumah nanti

Jika sempat
tidurlah sejenak
di bawah kemul dekap hangat ibu mu
karena esok pasti kembali
dan belum tentu kau kan kembali

No comments: