Orang-orang yang berada di simpang kiri itu berteriak, "Zaman telah berganti!".
Mereka yang berada di seberangnya membalas, "Kami tak peduli! Matahari tetaplah terbit di Timur! Pagi masih belum berganti menjadi malam! Alam masih berfotosintesis".
"Tapi akhirnya ia tenggelam juga di Barat!. Dan pagi pun berganti menjadi malam! Alam pun berespirasi!"
Seakan tak mau kalah, mereka yang di seberang menimpali, "Tapi ia pun tak pernah terbit dari Barat dan tenggelam di Timur! Malam pun akhirnya mengantuk dan terlelap! Alam pun tak selamanya beracun!".
Dengan bersemangat mereka yang di simpang kiri menjawab, "Tidakkah kalian lihat? Kini ia telah terbit di Barat dan tidak lagi di Timur! Malam tidak lagi tertidur! Alam pun kembali berespirasi!".
"Berarti ajalmu, ajalku, dan ajal dunia ini telah dekat, saudaraku!" Teriak orang-orang di seberang itu.
Orang-orang mulai bertindak tidak wajar dan menimbulkan huru hara. Tiada komando yang absolut lagi di telinga mereka. Hanya kesamaran yang terdengar. Mereka terus berteriak dan berlarian tanpa arah. Gila. Mereka pun gila. Hina. Bersimbah lumpur. Nista. Dualisme sosok mereka pun muncul tiba-tiba. Belantara hidup telah menjadikan mereka berbagai ragam hewan pemangsa yang hidup berkelompok. Wahai, para makhluk persimpangan yang hidup. Kau pun termakan oleh hidup. Menjadi bangkai. Habis tiada tersisa. Di mana kau kini berjalan?. Jangan katakan di persimpangan.
Friday, December 22, 2006
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment