Ini antara waktu yang berbicara. Bukan antara kutu. Di rentang ini pula segelas susu coklat hangat menemani dalam remang suasana fajar. Sekat berjendela kaca yang memanjang membatasi antara lantai dan taman biru. Pukul setengah lima mengatakan saatnya lari pagi. Dari Jalan pahlawan berkumis sampai dengan alun-alun. Sepulangnya si Adik kecil terjatuh di jalan. Memeriksa lututnya apakah luka?.
"Pintar! tidak menangis", kata Mama
Mama pula yang berkata dirinya pernah memungut kotoran bintang. Katanya bercahaya terang. Adik kecil melihatnya. Bahkan memegangnya. Maka itu, menatap genteng-genteng rumah orang di sepanjang jalan adalah wajib hukumnya. Tapi hanya sebentar saja cahayanya. Selanjutnya Adik kecil dan Mama tidak pernah menemukannya lagi. Bagaimana mungkin bintang buang hajat?.
Langit sudah sedikit terang. Pukul setengah enam menjawab waktu yang telah hadir. Sepiring kecil roti yang di potong kecil-kecil berisi mentega gula, mentega mesis, dan susu di hidangkan. Kulitnya kering, jadinya selalu tersisa. Si Adik kecil makan dengan lahap. Tak menyisakan kulitnya sedikitpun.
Lampu-lampu belum di nyalakan. Masih terasa sedikit gelap. Ada Mama, Kakak, dan Adik di dalamnya. Lampu besar dan panjang di atap yang menjuntai ke bawah hampir tidak pernah di gunakan lagi. Televisi pun masih membisu.
Lalu Kakek berpeci hitam singgah ke rumah dengan bersepeda seperti biasanya. Secangkir kopi hitam dan koran menjadi teman setiap pagi. Dan bertualang lagi ketika pukul tujuh telah tiba kembali. Dayang-dayang yang cantik jelita mulai menari mengikuti alunan waktu. Lalu ada secangkir telur setengah matang yang di campur sedikit garam dan sedikit merica yang disukai. Setelah itu bertemu kembali dengan kawan-kawan kecil yang tak dapat berbicara. Hari ini mungkin temanya tentang pertarungan yang menentukan di tebing. Di bumbui sedikit adegan percintaan bisa menjadi lebih menarik. Begitulah fajar yang berputar. Yang selalu enggan mengembalikan apa yang telah di pinjamnya. Semuanya hanya sedikit tentang kisah si waktu. Yang kan terus terurai sampai akhir zaman.
Sunday, February 25, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment