Sunday, February 11, 2007

Istana Pasir

Terdengar derap langkah gontai dalam sayup desir zaman

berbondong-bondong ternak tengah baris berbaris rapi bagai prajurit siap menyambut mati

di medan senja bertebar bunga dengan ujung penuh muntah

tali-tali yang di ikat pada leher dan ekor mereka sebagai sebuah realita nyata

korban kekaisaran zaman di atas awan yang telah lama di mulai

bermacam warna jeritan terdengar dari mulut mereka yang bisu

sambil menatap pada aspal panas pelepuh kaki-kaki tak berdaya

beserta langkah yang retak di makan detak jam

yang hancur berkeping bersamaan wajah-wajah mereka

sebagai jiwa-jiwa terlontar

Aku teringat pada Tole yang bercerita tentang rupa

yang berkisah tentang ratusan camar beterbangan di angkasa bagai anai-anai

dan kura-kura belian sebagai induk semang yang bernaung di dalam lingkaran tak berjiwa

dimana camar-camar yang berimigrasi di tempat kini tengah berceloteh

kasihan si Tole yang tak paham apa yang sedang mereka celotehkan

di karenakan oleh samarnya sebuah bahasa yang mengalun lantang

yang di tatapnya hanya mereka yang kian lama jumlahnya kian bertambah banyak

hingga ia menepi ke tepi yang paling tepi

menyepi ke tempat yang paling sepi

menjauh ke sebuah tempat yang paling jauh

dan bergumam puas dengan hanya menjadi sebatang pohon bambu di ladang

Sebagai jasad yang tunggal

Katakanlah, Tole...

katakan...

kau jiwa manunggal yang tersisa

coba kau tengoklah sebentar

pada kaisar beserta kasim-kasim yang mengelilinginya

kala sedang berpesta di sebuah meja besar

dalam sebuah tempurung sunyi bernama tuli

lalu berkilah tentang adanya peradaban

mereka yang meyakini langit t'lah pekak

sebagai saksi bisu abadi yang tengah hidup dalam waktu

bibir-bibir kering yang mengatup rapat seolah terkunci

mata-mata yang membelalak menatap ingkar

ternyata hanya menjadi sebuah cerita semu yang klise

memang telah terjerembab begitu dalam wajah-wajah ini karena ulah permainan mereka

hingga harus kehilangan sebongkah permata yang berharga

yakni sepasang mata

sepasang telinga

sepasang tangan

sepasang kaki

dan rupa

No comments: